FILSAFAT DAN RELASINYA TERHADAP AGAMA
DAN KEBUDAYAAN
MAKALAH
Oleh:
Firda
Rizkita Nanda / 160131600405
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
ADMINISTRASI PENDIDIKAN
DESEMBER
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat dan karunia-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah denga judul “Filsafat Dan
Relasinya Terhadap Agama Dan Kebudayaan” ini dengan baik meskipun banyak
kekurangan didalamnya. Dan juga saya berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. H.
M. Huda A.Y., M.Pd. selaku Dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan Universitas
Negeri Malang yang telah memberikan tugas ini kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini
dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan saya. Saya juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap adanya kritik, saran dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat
dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun
ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di
waktu yang akan datang.
Malang, Desember 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.......................................................................................... 1
B.
Rumusan Masalah..................................................................................... 1
C.
Tujuan Pembahasan................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A.
Kaitan Filsafat dengan
Agama.................................................................. 2
B.
Kaitan Filsafat dengan
Kebudayaan......................................................... 5
C.
Hubungan Filsafat Agama
dengan Kebudayaan...................................... 8
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan................................................................................................ 11
B.
Saran.......................................................................................................... 12
DAFTAR
RUJUKAN
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Filsafat merupakan salah satu disiplin
ilmu yang menjadi sumber utama dari berbagai ilmu di dunia pendidikan. Seperti
yang telah kita ketahui, baik agama dan budaya merupakan bagian mendasar dari
kehidupan masyarakat. Kebudayaan yang hidup pada suatu masyarakat pada dasarnya
merupakan gambaran dari pola pikir, tingkah laku, dan nilai yang dianut oleh
masyarakat. Dari sudut pandang ini, agama di satu sisi memberikan kontribusi
terhadap nilai-nilai budaya yang ada, sehingga agama pun bisa berjalan atau
bahkan akomodatif dengan nilai-nilai budaya yang sedang dianutnya.
Disinilah terjadi hubungan timbal balik
antara agama dengan budaya. Persoalannya adalah apakah agama lebih dominan
mempengaruhi terhadap budaya, atau sebaliknya apakah budaya lebih dominan
mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat. Oleh
karena itu,segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di ambil yaitu :
1.
Kaitan Filsafat dengan Agama
2.
Kaitan Filsafat dengan
Kebudayaan
3.
Hubungan Filsafat Agama
dengan Kebudayaan
C.
Tujuan
Pembahasan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan
pembahasan yang akan diperoleh yaitu:
1.
Untuk mengetahui Kaitan
Filsafat dengan Agama secara lebih jelas.
2.
Untuk mengetahui Kaitan
Filsafat dengan Kebudayaan secara lebih jelas.
3.
Untuk mengetahui
Hubungan Filsafat Agama dan Kebudayaan secara lebih jelas
BAB
II
PEMBAHASAN
Pada bab ini, penulis
akan menguraikan pembahasan tentang, (a)
Kaitan Filsafat dengan Agama, (b) Kaitan Filsafat dengan Kebudayaan, (c)
Hubungan antara Filsafat Agama dan Kebudayaan. Berikut uraiannya:
A. Kaitan Filsafat dengan
Agama
Menurut hocking (1946), agama merupakan
obat dari kesulitan dan kekhawatiran yang dihadapi manusia. Sekurang-kurangnya
meringankan manusia dari kesulitan. Agama merupakan pernyataan pengharapan
manusia dalam dunia yang besar atau jagat raya, karena ada jalan hidup yang
benar yang perlu ditemukan. Agama menjadi suatu lembaga yang bersemangat untuk
memperoleh kehidupan yang baik. Manusia menjadi penganutnya yang setia terhadap
agama karena menurut keyakinannya agama telah memberikan sesuatu yang sangat
berharga bagi hidupnya yang tidak mungkin dapat diuji dengan pengalaman maupun
oleh akal seperti halnya menguji kebenaran sains dan filsafat karena agama
lebih banyak menyangkut perasaan dan keyakinan.
Menurut Nasution (1986) Agama merupakan ikatan
yang harus di pegang dan dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari
salah satu kekuatan yang lebih tinggi daripada manusia sebagai kekuatan gaib
yang tidak dapat ditangkap dengan panca indera, namun mempunyai pengaruh yang
besar sekali terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
Menurut Michel Meyer dalam Rousydiy
tahun 1986 Agama adalah sekumpulan kepercayaan dan pengajaran-pengajaran yang
mengarahkan kita terhadap Tuhan, terhadap sesame manusia dan terhadap diri kita
sendiri.
Agama merupakan sesuatu yang ada, karena
kebaradaannya itulah makanya agama dikatakan pengkajian filsafat. Landasan
agama merupakan landasan utama yang perlu diperhatikan dan diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari untuk keselamatan di dunia maupun di akhirat nanti,
misalnya dalam melaksanakan proses pendidikan dan pembelajaran bagi anak didik,
dimana landasan agama menyangkut
dengan hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Oleh karena itu
pendidikan dan pembelajaran yang harus dilakukan harus mengacu pada pembentukan
kepribadian anak didik yang sesuai dengan nilai-nilai keagamaan yaitu menurut
ajaran agamanya.
Filsafat
merupakan pertolongan yang sangat penting pula pengaruhnya terhadap seluruh
sikap dan pandangan orang, karena filsafat justru hendak memberikan dasar-dasar
yang terdalam mengenai hakikat manusia dan dunia. Ada beberapa hal yang penting
dalam agama yaitu meyakini adanya Tuhan yang menciptakan semua yang ada
dilangit dan dibumi dan mengatur semua kehidupan manusia, adanya kebajikan,
sifat buruk dan baik dan lain sebagainya juga di selidiki oleh filsafat karena
itu merupakan atau mungkin ada secara umum kebenaran dalam agama, sedangakan
kebenaran dalam filsafat didasarkan pada pikiran belaka. Agama telah menegaskan
bahwa agama itu untuk orang-orang yang berakal dan berilmu pengetahuan. Jadi
agama dan pendidikan merupakan dua hal yang saling berhubungan dan saling
berkaitan, maksudnya adalah didalam pendidikan juga ada aturan yang harus
dipatuhi dan semua aturan baik agama maupun pendidikan dijalankan dan
diterapkan oleh manusia.
Pengaitan
filsafat dengan agama semata-mata karena keduanya merupakan sumber tata
perilaku moral yang dipakai masyarakat pada umumnya. Namun harus diingat bahwa
agama bukan budaya karena agama merupakan firman Tuhan yang diberikan kepada
manusia lewat para nabi dan rasul untuk pedoman dan panduan hidup manusia.
Sedangkan filsafat merupakan hasil olah piker manusia. Keduanya dikaitkan
karena manusia pada umumnya hidup dengan berpedoman pada nilai moral agama dan
filsafat di samping sumber nilai moral yang lain.
Dalam
hal pedoman moral, filsafat maupun agama memberikan sesuatu yang dapat dipakai
sebagai pedoman atau pegangan hidup manusia. Namun sifat ajaran yang diberikan
para filosof berbeda dengan sifat ajaran agama. Kebenaran agama mutlak benar
bagi pemeluk-pemeluknya, sedangkan kebenaran filsafat bersifat relatif,
berbeda-beda dan bisa berubah. Di samping itu, ajaran agama menghendaki
penganutnya mengikuti ajaran Tuhan, sedangkan ajaran filsafat mungkin malah
mengajak manusia tidak mengakui adanya Tuhan dan memberikan pedoman lain yang
tidak sesuai dengan ajaran Tuhan.
Kaitan
positif filsafat dengan agama terlihat bahwa apa yang dicari filsafat ada
kemiripan dengan apa yang diajarkan agama. Filsafat mencari hakikat, kebenaran
terakhir, kebenaran satu-satunya, penyebab pertama dari segala yang ada. Dan
filsafata memberikan jawaban yang beraneka ragam, baik yang berupa benda,
proses maupun keadaan. Melalui agama, orang menemukan jawaban tersebut dari
firman Tuhan, sedangkan filsafat mencari jawaban dengan cara berfilsafat.
Filosof
Anximandros misalnya, dalam berpikir tentang asal mula segala sesuatu
menyimpulkan bahwa asal mula segala sesuatu adalah ‘’Apeiron’’ yang
sifat-sifatnya adalah tidak dapat dirupakan, taka da persamaannya dengan semua
yang ada di dunia ini. Oleh karena itu tidak sama dengan semua yang ada di
dunia, berarti tidak punya awal, tidak pernah berakhir, atau apa yang tertulis
dalam Pustaka Raja Purwa, yang menceritakan asal mula raja-raja Jawa dengan
versi mistik, raja-raja di kerajaan Islam dikisahkan sebagai keturunan
raja-raja kerajaan Hindu, raja-raja kerajaan Hindu adalah keturunan dewa,
dewa-dewa dan seterusnya sampai pada sesuatu yang merupakan asal terakhir, yang
disebut’’awang-awang—uwung-uwung’’. Perwujudan istilah yang disebut terakhir ini
digambarkan sebagai sesuatu yang tidak berwujud, tidak berawal, tidak berakhir,
tidak ada yang menyamai, dan sebagainya yang semuanya itu mirip dengan yang ada
dalam ajaran agama, yang merupakan beberapa sifat Tuhan.
Kaitan
lain antara filsafat dengan agama tampak dengan adanya kenyataan, bahwa pada
suatu saat, pada abad-abad berkembangnya agama-agama besar di Eropa, filsafat
telah memberikan kontribusi untuk pengembangan agama, sehingga muncul suatu
ungkapan dalam bahasa Latin ‘’philosophia
est ancilla theologia’’ yang artinya kurang lebih filsafat merupakan
‘’abdi’’ agama-tanpa kutip untuk menunjukkan bahwa kata abdi disini bukan
berarti budak.
Demikian
juga kalau tidak cermat dalam mengkajinya di beberapa negara atau beberapa
daerah, ajaran agama dengan ajaran filsafat seolah menjadi satu sehingga sulit
untuk membedakan apakan yang diyakini masyarakat itu termasuk filsafat atau
termasuk agama. Di Indonesia, untuk ajaran agama sudah diberikan kriteria untuk
membedakannya dengan ajaran-ajaran lain.
Adapun jalinan filsafat dengan agama antara
lain :
1.
Agama adalah unsur
mutlak dan sumber kebudayaan, sedangkan filsafat adalah salah satu unsur
kebudayaan
2.
Agama adalah ciptaan
Tuhan, sedangkan filsafat hasil spekulasi manusia
3.
Agama adalah
sumber-sumber asumsi dan filsafat dan ilmu pengetahuan (science), dengan
filsafat menguji asumsi-asumsi science.
4.
Agama mendahulukan
kepercayaan daripada pemikiran, sedangkan filsafat mempercayakan sepenuhnya
kekuatan daya pikirnya
5.
Agama mempercayai akan
adanya kebenaran dan yang kenyataan dogma-dogma agama, sedangkan filsafat tidak
mengakui dogma-dogma sebagai kenyataan tentang kebenaran
Dengan
demikkian, terlihat jelas bahwa peran agama terhadap filsafat ialah meluruskan
filsafat yang spekulatif kepada kebenaran mutlak yang ada pada agama. Sedangkan
peran filsafat terhada agama ialah membantu keyakinan manusia terhadap
kebenaran mutlak itu dengan dengan pemikiran yang kritis dan logis. Hal ini di
dukung pernyataan yang menyatakan bahwa filsafat yang sejati haruslah
berdasarkan agama, malahan filsafat yang sejati itu adalah terkandung dalam
agama. (Hamzah Abbas, 1981:29)
Sehingga
dapat dikatakan kaitan filsafat dengan agama diantaranya : setiap orang
diharapkan merenung dalam hikmah untuk menerapkan proses pendidikan dan usaha-usaha
pendidikan suatu bangsa guna mempersiapkan generasi muda dan warga negara yang
sadar dan insaf tentang hidup serta mempunyai tauladan yang dapat dijadiikan
prinsip dan keyakinan.
B.
Kaitan
Filsafat dengan Kebudayaan
Edward B. Taylor dalam Saifullah 1984
memandang bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral kesusilaan, hokum pemerintahan, adat
istiadat dan kemampaun lain yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.
Sementara, menurut Freeman Buts dalam
Saifullah 1984 ‘’ Culture is a concept for the sum total of ways of living of
human society,’’ atau Culture is a the whole matrix of political, economic,
social, religious institution as well as to the beliefs, ideas, and ideals that
guides a people in their private and public endevours.’’ Artinya : ‘’
Kebudayaan adalah suatu konsep yang berkaitan dengan keseluruhan cara-cara
hidup dari masyarakat manusia,’’ atau ‘’ kebudayaan adalah suatu matriks yang lengkap
dan kompleks jalinan relasinya dari lembaga-lembaga politik, sosial, ekonomis,
keagamaan dan juga kepercayaan, aspirasi ideal dan cita-cita serta
pemikiran-pemikiran yang membimbing orang dalam kehidupannya baik sebagai
individu dan masyarakatnya.’’
Menurut
Dr. Henry S. Lucas dalam Moh Noor tahun 1988 Kebudayaan meliputi Suatu
penyesuaian umum terhadap kebutuhan-kebutuhan ekonomi atau kepada lingkungan
geografis, Organisasi yang lazim dibentuk untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan
sosial dan politik yang ada dalam kehidupan, dan lembaga yang umum dalam
pemikiran dan usaha-usaha pencapaiannya.
Sedangkan
menurut Ki Hajar Dewantara dalam Saifullah 1984 (Tokoh kebudayaan dan
Pendidikan Nasional) memberikan definisi bahwa kebudayaan adalah hasil
perjuangan manusia terhadap dua pengaruh yang kuat, yakni alam dan zaman
(kodrat dan masyarakat), dalam perjuangan mana terbukti kejayaan hidup manusia
untuk mengatasi berbagai tantangan dan kesukaran di dalam hidup dan
penghidupannya, guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya
bersifat tertib dan damai.
Kebudayaan
adalah bentuk tingkatan atau jenis perkembangan intelektual atau peradaban
tertentu dalam suatu masyarakat. Bisa juga masyarakat atau kelompok yang
mempunyai ciri khas tentang adat, perolehan, hasil, pandangan, dan sebagainya.
Pada pokoknya, kebudayaan adalah semua ciptaan manusia yang berlangsung dalam
kehidupan. Pendidikan dan kehidupan adalah suatu hubungan antara proses dengan
isi, yaitu pendidikan adalah proses
Perlu
didasari bahwa manusia sebagai pribadi, masyarakat, bangsa, dan negara hidup
dalam dalam suatu sosial budaya. Maka membutuhkan pewarisan dan pengembangan
sosial budaya melalui pendidikan. Agar pendidikann berjalan dengan baik, maka
membutuhkan filosofis dan ilmiah berbagai sifat normatif dan pedoman
pelaksanaannya. Karena pendidikan harus berasas filosofis yang menjamin tujuan
untuk meningkatkan perkembangan sosial budaya, martabat bangsa, kewibawaan dan
kejayaan negara.
Pentingnya
kebudayaan untuk mengembangkan suatu pendidikan dalam budaya nasional
mengupayakan melestarikan dan mengembangkan nilai budaya-budaya pranata sosial
dalam menunjang proses pengembangan dan pembangunan nasional serta melestarikan
nilai-nilai luhur budaya bangsa. Merencanakan kegairahan masyarakat untuk
menumbuhkan kreativitas kearah pembaharuan dalam usaha pendidikan yang tanpa
kepribadian bangsa.
Kebudayaan
mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat. Berbagai macam
kekuatan harus dihadapi seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu
manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spiritual maupun
materil. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia
dapat mengembangkan kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung apa
kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan memberikan aturan bagi manusia
dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya. Dan kebudayaan
juga diharapkan dengan pendidikan yang akan mengembangkan dan membangkitkan
budaya-budaya dulu agar tidak punah dan terjaga untuk selamanya. Oleh karena
itu, dengan adanya filsafat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya manusia
yang akan menimbulkan teknologi yang akan mempunyai kegunaan utama dalam
melindungi manusia terhadap alam lingkungannya.
Sehingga kebudayaan memiliki peran:
1.
Suatu hubungan pedoman
antar manusia atau kelompoknya.
2.
Wadah untuk menyalurkan
perasaan dan kemampuan lainnya
3.
Sebagai pebimbing
kehidupan dan penghidupan manusia
4.
Pembeda manusia dengan
binatang
5.
Petunjuk-petunjuk
bagaimana harus bertindak dan berperilaku dalam pergaulan
6.
Pengaturan agar manusia
dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya
jikaberhubungan dengan orang lain.
7.
Sebagai modal dasar
pembangunan
Kebudayaan
masyarakat tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada
masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat menghasilkan teknologi atau
kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat
terhadap lingkungan di dalamnya.
Dalam
bidang budaya, khususnya bidang seni misalnya, terdapat juga perbedaan
pendapat. Misalnya bolehkah orang mengekspresikan bakat seninya secara bebas
atau ada norma-norma di luar seni yang harus dipatuhi. Jawabannya bergantung
dari pandangan filsafat yang dianutnya. Sama dengan adanya dua sudut pandang
dalam penggunaan ilmu, yaitu apakah ilmu bebas nilai atau tidak bebas nilai,
dalm bidang seni juga demikian. Ada juga sudut pandang dalam bidang seni
menyangkut penghargaan terhadap karya atau hasil seni.
Dalam
hal budaya, secara umum perlu juga pertimbangan filosofis. Misalnya, apakah
suatu negara harus membatasi masuknya budaya asing atau tidak? Jawabannya
bergantung dari dasar filsafat yang dipilihnya, yaitu apakah budaya itu
dipandang sebagai hal yang universal ataukah nasional ataukah bahkan bersifat
lokal saja. Dalam hal ini pandangan filsafat Ki Hajar Dewantara tampaknya
sangat akomodatif, yaitu dengan semboyannya Tri Kon yang merupakan singkatan
dari Konvergensi, Kontinu, dan Konsentris.
Masuknya
budaya asing menurut Bapak Pendidikan Nasional tersebut, harus disikapi dengan
membolehkan budaya asing yang dapat menyatu dengan budaya Indonesia
(konvergensi) untuk mengembangkan budaya Indonesia dengan catatan bahwa
sifatnya melanjutkan perkembangan budaya bangsa yang ada (kontinu), dan budaya
Indonesia tetap harus yang menjadi pusatnya atau sebagai intinya (konsentris).
Kebudayaan
merupakan fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai macam
kekuatan harus dihadapi seperti kekuatan alam dan kekuatan lainnya. Selain itu,
manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spiritual maupun
material. Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia
dapat mengembangkan kebuayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung apa
kebudayaan sebagai hasil ciptaanya. Kebudayaan memberikan aturan bagi manusia
dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaaannya. Dan kebudayaan
juga diharapkan dengan pendidikan yang akan mengembangkan dan membangkitkan
budaya-budaya dulu, agar dia tidak punah dan terjaga untuk selamanya. Oleh
karena itu, dengan adanya filsafat, kita dapat mengetahui tentang hasil karya
manusia yang akan menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utamadalam
manusia terhadap alam lingkungannya.
Apabila
dibandingkan definisi kebudayaan dan definisi filsafat, bertemu dalam hal
berfikir. Filsafat ialah cara atau metode berfikir sistematik dan universal
yang berujung pada setiap jiwa, sedangkan kebudayaan adalah salah satu hasil
berfilsafat yang termaniferstasi pada cipta, rasa dan karsa sikap hidup dan
pandangan hidup. Dengan demikian, jelaslah filsafat mengendalikan cara berfikir
kebudayaan. Di balik kebudayaan ditemukan filsafat. Perbedaan kebudayaan
dikembalikan kepada perbedaan filsafat.
Tuhan
menentukan nilai melalui agama. Manusia menentukan nilai melalui filsafat.
Kebudayaan berpangkal pada manusia, maka yang menentukan kebudayaan adalah
filsafat. (Mustopo, 1983 : 71-71).
C.
Hubungan
antara Filsafat Agama dan Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil
cipta manusia dengan menggunakan dan menggerakkan segenap potensi batin yang
dimilikinya. Di dalam kebudayaan tersebut terdapat pengetahuan, keyakinan,
seni, moral, adat istiadat sebagai aspek-aspek dari kebudayaan itu sendiri yang
kesemuanya ditunjukkan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat. Dengan demikian, kebudayaan dalam suatu masyarakat merupakan
sistem nilai tertentu yang dijadikan pedoman hidup oleh warga yang mendukung
kebudayaan tersebut. Karena dijadikan kerangka acuan dalam bertindak dan
bertingkah laku, maka kebudayaan cenderung menjadi tradisi dalam suatu
masyarakat.
Tradisi menurut Parsudi
Suparlan, merupakan unsur sosial budaya yang telah mengakar dalam kehidupan
masyarakat dan sulit berubah. Umumnya tradisi erat kaitannya dengan mitos dan
agama. Mitos lahir dari tradisi yang sudah mengakar kuat disuatu masyarakat,
sementara agama dipahami berdasarkan kultus setempat sehingga mempengaruhi
tradisi.
Dari sudut pandang
sosiologi, tradisi merupakan suatu pranata social, karena tradisi dijadikan
kerangka acuan norma ini ada yang bersifat sekunder dan primer. Pranata
sekunder ini bersifat fleksibel mudah berubah sesuai dengan situasi yang
diinginkan, sedangkan pranata primerberhubungan dengan kehormatan dan harga
diri, serta kelestarian masyarakatnya, karena pranata ini merupakan kerangka
acuan norma yang mendasar dan hakiki dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu
pranata ini tidak dengan mudah dapat berubah begitu saja.
Mengacu pada penjelasan
diatas, tradisi keagamaan termasuk ke dalam pranata primer, karena tradisi
keagamaan ini mengandung unsur-unsur yang berkaitan dengan ketuhanan atau
keyakinan, tindakan keagamaan, perasaan-perasaan yang bersifat mistik,
penyembahan kepada yang suci, dankeyakinan terhadap nilai-nilai hakiki. Dengan
demikian, tradisi keagamaan sulit berubah, karena selain didukung oleh
masyarakat juga memuat sejumlah unsur-unsur yang memiliki nilainilai luhur yang
berkaitan dengan keyakinan masyarakat. Tradisi keagamaan mengandung nilai-niai
yang sangat penting yang berkaitan dengan agama yang dianut oleh masyarakat,
atau pribadi-pribadi pemeluk agama tersebut.
Dalam suatu masyarakat
yang warganya terdiri atas pemeluk agama, maka secara umum pranata keagamaan
menjadi salah satu pranata kebudayaan yang ada di masyarakat tersebut. Dalam
konteks seperti ini terlihat hubungan antara tradisi keagamaan dengan
kebudayaan masyarakat tersebut. Bila kebudayaan sebagai pedoman bagi kehidupan
masyarakat, maka dalam masyarakat pemeluk agama perangkat-perangkat yang
berlaku umum dan menyeluruh sebagai norma-norma kehidupan cenderung mengandung
muatan keagamaan. Dengan demikian, hubungan antara keagamaan dengan kebudayaan
terjalin sebagai hubungan timbal balik. Makin kuat tradisi keagamaan dalam
suatu masyarakat akan makin terlihat peran akan makin dominan pengaruhnya dalam
kebudayaan.
Adapun pola kebudayaan
(pattern of culture) adalah rumpun jumlah dan jenis dan relasi atau jalinan
hubungan antara unsur-unsur atau elemen-elemen pada suatu daerah dan masa
tertentu. Sesuai dengan asumsi dasar bahwa fungsi menentukan strukturnya, yaitu
susunan rumpun, jumlah dan jenis elemen-elemen kebudayaan tertentu, mana yang
berkembang dan dikembangkan dalam suatu kurun waktu tertentu pada suatu daerah
tertentu. Adapun pola kebudayaan (pattern of culture) yaitu :
1.
Thesa : Agama adalah
pendidikan (religion is education).
2.
Pendidikan merupakan
sarana mobilitas sosial dan kebudayaan.
3.
Perkembangan pendidikan
merupakan barometer pengukur perkembangan kebudayaan.
4.
Pendidikan Agama sama
derajatnya dengan dan dapat diganti oleh pendidikan budi pekerti.
5.
Pola kebudayaan yang
berdasar landasan sistem nilai sekuler ilmiah
Ada
sebuah permasalahan tentang hubungan antara agama dan filsafat dalam kaitannya
dengan kebudayaan, yang pada dasarnya dapat diajukan pertanyaan yaitu Apakah
agama unsur mutlak dan sumber kebudayaan ? Jawabannya untuk pertanyaan tersebut
dapat dijelaskan dengan pengajuan perbedaan antara agama dan filsafat, seperti
pada bagan di bawah ini :
Maka
pada dasarnya perbedaan antara kedua cabang ilmu pengetahuan di atas adalah
dalam masalah yang harus dihadapi dan diselesaikan, meskipun tidak selamanya
dapat diselesaikan berdasarkan kenyataan adanya ajaran dan tuntutan agama yang
bermacam-macam dalam kehidupan manusia.
BAB III
PENUTUP
Sebagai penutup dalam
penyusunan makalah ini, penulis akan menguraikan tentang (a) kesimpulan, (b)
saran. Berikut uraiannya:
A. Kesimpulan
1.
Dapat dikatan kaitan
filsafat dengan agama diantaranya : setiap orang diharapkan merenung dalam
hikmah untuk menerapkan proses pendidikan dan usaha-usaha pendidikan suatu
bangsa guna mempersiapkan generasi muda dan warga negara yang sadar dan insaf
tentang hidup serta mempunyai tauladan yang dapat dijadiikan prinsip dan
keyakinan. Peran agama terhadap filsafat ialah meluruskan filsafat yang
spekulatif kepada kebenaran mutlak yang ada pada agama. Sedangkan peran
filsafat terhada agama ialah membantu keyakinan manusia terhadap kebenaran
mutlak itu dengan dengan pemikiran yang kritis dan logis. Hal ini di dukung
pernyataan yang menyatakan bahwa filsafat yang sejati haruslah berdasarkan
agama, malahan filsafat yang sejati itu adalah terkandung dalam agama.
2.
Hubungan filsafat
dengan kebudayaan adalah filsafat sebagai cara atau metode berfikir sistematik
dan universal yang berujung pada setiap jiwa, sedangkan kebudayaan adalah salah
satu hasil berfilsafat yang termaniferstasi pada cipta, rasa dan karsa sikap
hidup dan pandangan hidup. Dengan demikian, jelaslah filsafat mengendalikan
cara berfikir kebudayaan. Di balik kebudayaan ditemukan filsafat. Perbedaan
kebudayaan dikembalikan kepada perbedaan filsafat. Tuhan menentukan nilai
melalui agama. Manusia menentukan nilai melalui filsafat. Kebudayaan berpangkal
pada manusia, maka yang menentukan kebudayaan adalah filsafat.
3.
Hubungan antara
keagamaan dengan kebudayaan terjalin sebagai hubungan timbal balik. Makin kuat
tradisi keagamaan dalam suatu masyarakat akan makin terlihat peran yang akan
makin dominan pengaruhnya dalam kebudayaan. Maka pada dasarnya perbedaan antara
kedua cabang ilmu pengetahuan di atas adalah dalam masalah yang harus dihadapi
dan diselesaikan, meskipun tidak selamanya dapat diselesaikan berdasarkan
kenyataan adanya ajaran dan tuntutan agama yang bermacam-macam dalam kehidupan
manusia.
B. B. Saran
Agama mempunyai hubungan yang erat
dengan budaya dan merupakan patokan utama bagi masyarakat untuk selalu
menjalankan perintah agama dan melestarikan budayanya agar tetap terpelihara.
Selain itu, kita diharapkan untuk menjaga tatanan kehidupan. Maksudnya,
hubungan agama dalam kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan masyarakat akan
membentuk kehidupan yang harmonis, karena mempunyai keterkaitan yang erat satu
sama lain. Dan diharapkan masyarakat Indonesia dapat hidup harmonis, tentram,
dan damai antar satu dengan yang lainnya.
DAFTAR
RUJUKAN
Annadzirt,
Tanwer. 2012. Agama dan Budaya.
(online) (http://afilsafat2.blogspot.co.id/2012/04/agama-dan-budaya.html?m=1) Diakses pada 03 Desember 2016.
Kebung, Konrad. 2011. Filsafat Berpikir Orang Timur. Jakarta:
PT. Prestasi Pustaka Raya.
Saifullah,
Ali. 1984. Antara Filsafat dan Pendidikan.
Surabaya: Usana Offset Printing.
Soegiono,
dan Muis T. 2012. Filsafat Pendidikan
Teori dan Praktik. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syam,
M.N. 1986. Filsafat Pendidikan dan Dasar
Filsafat Pendidikan Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
|
0 komentar:
Posting Komentar